Apakah COVID-19 dan Krisis Iklim Berkaitan?

Dengan peningkatan kasus corona atau COVID-19 secara eksponensial, pemerintah Indonesia telah memberikan mandat untuk masyarakat melakukan social distancing atau jaga jarak dalam berinteraksi social. Masyarakat dianjurkan untuk bekerja, beribadah, dan berkegiatan di rumah masing-masing demi menghindari potensi penularan virus COVID-19 yang masif. Masih menjadi misteri bagaimana awal mulanya, namun apakah dengan mudahnya penyebaran virus ini dikarenakan krisis iklim yang semakin memburuk?

Dikutip dari greenbiz.com dalam artikelnya yang berjudul “COVID-19 and climate change: A healthy dose of reality”[1], selama hampir dua dekade, pejabat kesehatan di seluruh dunia telah memperingatkan tentang munculnya penyakit menular dari efek krisis iklim yaitu, pemanasan suhu bumi. Bahkan Pentagon, Departemen Pertahanan AS, mulai meningkatkan kekhawatiran pada tahun 2003 dalam sebuah studi independen yang ditugaskan oleh Departemen Pertahanan AS, memperingatkan bahwa ketika bencana kelaparan, penyakit, dan cuaca yang terkait melanda karena krisis iklim yang tiba-tiba, banyak kebutuhan negara akan melebihi daya dukung mereka.

Dalam Tinjauan Pertahanan Quadrennial 2010, Pentagon secara resmi mengakui perubahan iklim sebagai faktor yang layak dipertimbangkan dalam perencanaan keamanan nasional. Suhu yang lebih hangat juga dapat memperburuk pengenalan dan proliferasi penyakit terkait panas dan vektor penyakit, seperti nyamuk, ke daerah yang rentan. Pada tahun 2014, dalam Roadmap Adaptasi Perubahan Iklim, Pentagon juga memperingatkan akan munculnya jenis penyakit baru.

Status COVID-19 saat ini telah dinyatakan oleh World Health Organization (WHO) sebagai pandemi. Menurut newsroom.nz, COVID-19 dan perubahan iklim adalah cerminan satu sama lain. Menyadari hal ini memungkinkan kita untuk merespons keduanya dengan lebih baik.

Dengan semakin meningkatnya gas rumah kaca di atmosfer bumi, apakah COVID-19 bisa mati karena cuaca panas? Dikutip dari houstonchronicle.com, Maria Van Kerkhove, pimpinan teknis COVID-19 dengan Organisasi Kesehatan Dunia, mengatakan dalam konferensi pers awal Maret, bahwa tidak ada alasan untuk percaya virus itu akan berperilaku berbeda dalam suhu yang berbeda. Michael Ryan, direktur eksekutif Program Kedaruratan Kesehatan Organisasi Kesehatan Dunia, juga berbicara di konferensi pers dan mencatat bahwa penyakit ini telah terlihat di sejumlah iklim yang berbeda, termasuk Singapura yang panas dan lembab.

Dalam artikel yang berjudul “Does climate change play a role in infectious diseases like COVID-19?”[2] itu Donald Trump dalam pidatonya COVID-19 akan mereda saat musim hangat datang sekitar bulan April, tetapi itu di sanggah oleh Dr. Peter Hotez, profesor dan Dekan untuk Sekolah Kedokteran Tropis Nasional di Baylor College of Medicine yang mengatakan bahwa COVID-19 adalah virus baru dan belum mengetahui bagaimana COVID-19 akan merespons kondisi musim semi dan musim panas. Setahun penuh musim akan dibutuhkan untuk benar-benar memahami COVID-19. Hotez juga menambahkan, COVID-19 mungkin menurun di bulan-bulan hangat, atau mungkin tidak musiman. Mungkin juga menurun di musim panas tetapi tidak hilang sepenuhnya dan kemudian kembali pada musim gugur.

Untuk saling menjaga satu sama lain, usaha preventif dari diri sendiri dan orang terdekat sangat dibutuhkan agar tidak terpapar virus COVID-19, berikut beberapa langkah yang harus dilakukan:

  1. Mencuci tangan dengan air dan sabun setiap saat selama setidaknya 20 detik. (Setelah pegang benda, ingin makan, ingin pegang muka, dll)
  2. Siapkah cairan sanitizer dengan kandungan alcohol setidaknya 60% sebagai alternative jika mencuci tangan tidak memungkinkan.
  3. Hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut.
  4. Hindari melakukan kontak langsung dengan orang lain, seperti berjabat tangan.
  5. Menjaga kesehatan dan imunitas tubuh dengan mengonsumsi vitamin, sayuran, dan buah-buahan. Minum air secara rutin agar terhindar dari dehidrasi.
  6. Hindari keramaian, dan jaga jarak dengan orang lain minimal 1 meter.
  7. Patuhi kebijakan pemerintah untuk melakukan Social Distancing, agar meminimalisir penularan virus.

[1] https://www.greenbiz.com/article/covid-19-and-climate-change-healthy-dose-reality

[2] https://www.houstonchronicle.com/news/houston-texas/houston/article/climate-change-coronavirus-covid-19-weather-15134727.php

25 Maret 2020