Tanaman Tumbuh Subur dengan Pupuk Bio-slurry

Bapak H. Juna, seorang pengguna Biogas Rumah (BIRU) yang tinggal di Kampung Parigi, Desa Bonto Cinde, Kecamatan Bissappu, Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan. Pada awalnya beliau belum terlalu yakin bahwa kotoran sapi dapat dijadikan sebagai bahan baku biogas untuk membuat gas yang digunakan untuk memasak.

Pada suatu kesempatan beliau diajak oleh Kepala Desa Bonto Cinde menjadi peserta kunjungan lapangan ke Desa Benteng Gajah, Kabupaten Maros, untuk melihat pengolahan limbah atau ampas biogas (bio-slurry) menjadi pupuk organik yang dilakukan oleh KSU Bulu Saukang, barulah beliau percaya dan mengajak para kerabatnya untuk mengusulkan agar mendapatkan biogas ke pemerintah daerah melalui Dinas Perdagangan Perindustrian Pertambangan dan Energi Kabupaten Bantaeng.

Setelah menerima bantuan biogas, beliau akhirnya merasakan manfaat dari biogas dan bio-slurry yang digunakan sebagai pupuk organik untuk lahan pekarangannya yang ditanami kacang panjang. Beliau mengatakan bahwa biasanya beliau memakai pupuk an-organik baik dalam bentuk padat maupun cair, yang berfungsi untuk membasmi serangga atau ulat buah.

Namun, setelah beliau mengaplikasikan bio-slurry, hasilnya menjadi lebih baik dan pada tanaman kacang panjang tidak terdapat ulat lagi. Beliau juga menambahkan bahwa pupuk bio-slurry ini sangat cepat membantu pertumbuhan tanaman dan kualitas buah pada kacang panjang tampak sangat sehat, serta tidak cepat busuk.

Bahkan dia tidak mau memanen sayurannya karena terlalu senang melihat hasilnya yang menjadi sangat subur dengan buah kacang panjang yang besar. Beliaupun kini dapat dapat berhemat dalam mengolah lahan pertaniannya, baik lahan basah (sawah) maupun kebun karena penggunaan pupuk kimia dapat dikurangi secara signifikan.

Melalui teknologi biogas, beliau juga bersemangat mengajak para petani di sekitar untuk menggunakan bio-slurry miliknya. Beliau membagikan bio-slurry secara gratis kepada para tetangga agar dapat dicoba pada berbagai jenis tanaman. Hal ini beliau lakukan karena ketersediaan bio-slurrynya sangat banyak dikarenakan setiap harinya beliau rajin dan rutin mengisi reaktor biogas dan menyimpan bio-slurry yang keluar dari reaktor biogas. (Rosmiati Lantara)

27 Maret 2018