Kepedulian Membangun Masa Depan Mandiri Energi dan Pangan

PT. Great Giant Pineapple (GGP) adalah perusahaan yang bergerak dalam industri nanas berlokasi di Lampung Tengah, di tahun 2014 PT. GGP telah memberikan bantuan pembangunan reaktor Biogas Rumah (BIRU) kepada Bapak Haji Ibrahim selaku pemilik Pondok Pesantren Anwarul Qur’an dan Bapak Haji Badrus Salam sebagai pengurus pondok pesantren yang terletak di Desa Terbaggi Besar, Kecamatan Lampung Tengah, Provinsi Lampung. PT. GGP memberikan bantuan pembangunan biogas untuk meningkatkan pendapatan petani melalui pemanfaatan biogas dan bio-slurry (ampas biogas) yang berada di wilayah setempat.

Kami dari tim BIRU Provinsi Lampung diberikan kesempatan oleh PT. GGP untuk melakukan kunjungan dalam rangka melihat secara langsung reaktor biogas yang sudah terbangun sampai tahun 2016, serta berkunjung ke Pondok Pesantrean Anwarul Qur’an melihat pemanfaatan bio-slurry untuk lahan pertaniannya.

Di awal tahun 2014, salah satu dari beberapa santri dari pondok pesantren tersebut memanfaatkan hasil bio-slurry-nya sebagai pupuk untuk tanaman sayur kangkung. Selain itu, bio-slurry juga digunakan untuk tanaman singkong dengan capaian hasil panen yang sangat meningkat pada lahan seluas setengah hektar. “Hasil panen bisa mencapai 80 ton sampai dengan 100 ton sekali panen,” ujar salah seorang karyawannya yang bernama Ibu Karomah.

Namun, sekitar pertengahan tahun 2015 ladang singkong beralih menjadi ladang buah naga, dengan harapan dapat meningkatkan pendapatan

Terbukti hasil tanaman buah naga tersebut bisa panen sebanyak dua kali dalam sebulan, dan rasa buahnya pun lebih manis dari buah naga pada umumnya. Hasil panen yang mereka peroleh dari lahan setengah hektar tersebut adalah Rp. 1.000.000,- sampai dengan Rp. 2.000.000,- untuk 60 kg . “Paling rendah Rp. 700.000,- untuk panen kedua kalinya, oleh sebab hasil panen berkurang banyak karena kemarau,” jelas Ibu Karomah.

Untuk pengolahan pupuk bio-slurry, pemilik pondok pesantren telah menyiapkan tempat khusus penampungan bio-slurry hingga menjadi pupuk organik siap pakai. Setiap sekali dalam seminggu sekitar 10 karung bio-slurry kering ukuran 25 kg dikumpulkan oleh karyawan-karyawannya, yang nantinya akan ditaburkan ke tanaman buah naga. “Meski belum seratus persen menggunakan bio-slurry, setidaknya sudah mengurangi pemakaian pupuk kimia,” lanjut Ibu Karomah yang juga bertugas memanen buah naga tersebut.

Sayangnya dari percakapan kami tersebut, tim BIRU tidak bisa langsung bertemu dengan dua karyawan Bapak Haji Ibrahim yang belum lama ini telah berhenti bekerja, yang justru dulunya sering menggunakan bio-slurry untuk tanaman buah naga hampir selama satu setengah tahun.

Ibu Karomah melanjutkan ceritanya bahwa yang mengetahui persis pemakaian pupuk bio-slurry ini adalah dua karyawan tersebut. “Semenjak dua karyawan tersebut berhenti bekerja di tahun ini, tanaman buah naga tidak lagi menggunakan bio-slurry.”

Hal ini tentunya sangat disayangkan apabila dilihat dari kualitas pupuk bio-slurry yang sangat baik. Dari sisi penghematan, pupuk bio-slurry jelas lebih ekonomis karna bahan bakunya gratis dengan memanfaatkan kotoran ternaknya sendiri, terlebih jika dibandingkan dengan harga pupuk kimia yang harganya semakin hari semakin mahal. Serta kebutuhan penggunaan pupuk yang kian semakin bertambah untuk memperbaiki kondisi tanah, maka jelas sekali penggunaan pupuk bio-slurry jauh lebih menguntungkan.

Ruang reaktor yang kedap udara menjadikan proses fermentasi yang sempurna, sehingga bio-slurry yang dihasilkan dari reaktor biogas memiliki kualitas pupuk yang sangat baik. Dengan penggunaan pupuk bio-slurry, kita tidak hanya bisa menghemat penggunaan pupuk kimia yang harganya terhitung mahal, tetapi bio-slurry juga memiliki fungsi mengembalikan kesuburan tanah yang semakin rusak karena penggunaan pupuk berbahan kimia.

Selain pemanfaatannya sebagai pupuk, Ibu Karomah yang bekerja sebagai sebagai tukang masak, beserta anak santri lainnya juga sangat terbantu dengan adanya pengolahan limbah ternak sebagai biogas, karena gas yang dihasilkan dapat digunakan untuk keperluan utama di dapur, yaitu memasak.

Begitu banyak manfaat yang bisa diperoleh dari pembangunan biogas. Namun, tak dapat dipungkiri tidak terlalu banyak orang yang mengetahui berbagai manfaat dan keuntungannya. Terutama untuk pemakaian pupuk kimia secara jangka panjang yang dapat merusak tanah, membuat tanah menjadi gersang kekurangan nutrisi, atau bahkan dapat menyebabkan lahan tidak dapat ditanami kembali.

Mungkin inilah kesempatan untuk memperbaiki kondisi alam sekitar kita, yaitu dengan membangun biogas, untuk dapat melestarikan alam di masa depan. Biogas sebagai teknologi ramah lingkungan yang tidak hanya memberikan energi alternatif, tetapi juga mampu mendorong pertanian yang berkelanjutan. PT. GGP telah berkomitmen untuk melakukan upaya-upaya dalam pelestarian lingkungan dan alam, bersama dengan Biogas Rumah (BIRU), diharapkan pengolahan limbah yang ramah lingkungan dapat menjadi berkah untuk masyarakat dan memberikan manfaat secara berkelanjutan. (Eliawati)

31 Oktober 2016