Desa Benteng Gajah, Maros Olah Limbah Jadi Berkah

Fajar Sulsel - Jauh di pelosok Tompobulu, Kabupaten Maros, sebuah peradaban sedang bangun. Papan berukuran sedang bertuliskan “Anda Memasuki Kawasan Pengembangan Biogas Menuju Desa Mandiri Energi� berdiri kokoh. Ini ibarat penanda bahwa di Desa bernama Benteng Gajah ada upaya sangat serius yang dilakukan warga untuk mewujudkan kemandirian energi seperti harapan pemerintah saat ini.

Desa Benteng Gajah terletak kurang lebih 1 km arah timur pusat Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Saat ini telah terbangun lebih dari 50 reaktor biogas di desa mereka.

Muhammad Ansar (48) membangun reaktor biogas di kantor koperasinya KSU Bulu Saukang bukan tanpa alasan. Berpuluh tahun warga di dusunnya hidup serba kesusahan. Ibu-ibu kesulitan mendapatkan gas LPG untuk memasak. Sementara minyak tanah harganya selangit karena semakin langka.

Harapan mulai tampak saat program Biogas Rumah (Biru) masuk di dusunnya. Inilah awal dari sebuah gerakan kemandirian energi yang dibangun dari pelosok terpencil.

Muhammad Ansar bercerita, tahun pertama program Biogas Rumah disosialisasikan, baru 16 rumah yang berhasil memanfaatkan energi terbarukan ini. Empat tahun kemudian, di 2016 ini, pengguna biogas di Desa Benteng Gajah sudah lebih dari 50-an rumah. “Alhamdulillah cita-cita menuju desa mandiri energi sedikit lagi bisa tercapai. Saat ini sudah ada 54 unit di Desa Benteng Gajah dan 21 unit khusus di Dusun Balocci. Masing-masing memproduksi empat kubik atau 36 kg kotoran sapi per hari,� ujar Ansar saat ditemui di kediamannya, di Dusun Balocci.

Demi menghasilkan energi yang dimanfaatkan warga desa untuk memasak selama kurang lebih 4-5 jam, dibutuhkan 4 kubik atau 50 kg kotoran sapi. Selain memasak warga pun bisa menikmati energi untuk penerangan 3-4 jam per rumah serta menghasilkan pupuk cair sebanyak 1 liter. Keberhasilan warga Desa Benteng Gajah ternyata kedengaran sampai di pusat. Ansar mengaku kerap mewakili desanya ke daerah lain di luar Sulawesi bahkan di Pulau Jawa untuk mempresentasikan biogas. Termasuk memenuhi undangan dari pemerintah dan Pertamina.

Inovasi warga inilah yang mendapat dukungan dari pemerintah. Biogas dapat difungsikan sebagai bahan bakar minyak berupa gas. Mengkonversi kotoran ternak menjadi biogas amat ramah dari sisi lingkungan hidup, dan mampumenghematbiaya sehari-haribagi para petani. “Ini adalah sumber daya yang benar-benar tak terbatas, dan reaktor untuk biogas adalah konsep yang amat sederhana. Bayangkan saja, kotoran sapi bisa digunakan untuk menjadi energi alternatif, dan membantu ibu rumah tangga untuk memasak,� ujar Ansar.

Penggunaan limbah hewan ini tergantung daerah masing-masing. “Seperti Toraja, warga di sana diajarkan mengelola kotoran babi menjadi biogas. Sementara di Jeneponto, kotoran kuda disulap menjadi biogas. Kebetulan di Maros ternak sapi lebih mendominasi, makanya dikembangkan kotoran sapi menjadi biogas,� jelasnya.

Muhammad Yunus (46) adalah salah satu warga yang berhasil diyakinkan untuk membangun reaktor biogas di rumahnya. Kepala Dusun Polewali ini membangun reaktor ukuran 10 m3 di samping rumahnya setelah mendapatkan informasi dari KSU Bulu Saukang. Kini keluarganya tidak pernah memakai kayu bakar maupun LPG untuk keperluan memasak.

Apa yang sedang dilakukan warga Benteng Gajah bersama KSU Bulu Saukang dengan penuh semangat membuktikan bahwa teknologi biogas bisa diterima oleh masyarakat jika mereka mendapatkan pengetahuan komprehensif mengenai manfaat apa saja yang dapat mereka raih dari teknologi tersebut.

Komitmen Pertamina

Sementara, VP Clean Energy Technology Development Pertamina Taufik Afianto saat berbicara dalam seminar mengenai pengembangan Energi Baru & Terbarukan menegaskan kembali komitmen Pertamina dalam membantu pengembangan energi terbarukan. Dalam presentasinya, Taufik mengungkapkan kerja sama antar banyak pihak menjadi kunci suksesnya pengembangan bisnis Energi Baru & Terbarukan. Ia menjelaskan, selain Pertamina, ada pihak-pihak lain yang perlu terus bekerja sama seperti pemerintah, lembaga penelitian, universitas, maupun LSM.

Taufik menjelaskan, dalam pencapaian target nasional 35.000 MW yang dicanangkan pemerintah, Pertamina akan berpartisipasi dengan melakukan pengembangan Energi Baru Terbarukan, khususnya di Bidang Bio-Energi seperti Biomass, Municipal Solid Waste, dan Biogas. Ia mengatakan Pertamina berkomitmen mencapai target 1.000 MW pada tahun 2020 dari komposisi sumber EBT berupa tenaga surya sebesar 486 MW, tenaga angin sebesar 248 MW, tenaga air sebesar 85 MW, biogas sebesar 72 MW, biomass sebesar 30 MW, waste to energy sebesar 49 MW, dan Energi Laut sebesar 30 MW.

“Pertamina telah berkomitmen untuk mengembangkan Energi Baru & Terbarukan, seperti apa yang telah dituangkan dalam visi perusahaan kami.� (***)

(Sumber: http://sulsel.fajar.co.id/2016/10/28/desa-benteng-gajah-maros-olah-limbah-jadi-berkah/)

28 Oktober 2016