ESDM dan Program BIRU Dukung Kemandirian Energi Di Yogyakarta Dan Jawa Tengah

EBTKE – Demi tercapainya kemandirian energi di provinsi Yogyakarta dan Jawa Tengah, Program BIRU (Biogas Rumah) bersama dengan Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) akan lokakarya koordinasi dan implementasi di Hotel Saphir, Kamis, 8 September 2011. Lokakarya ini akan dihadiri oleh dinas pemerintahan terkait dari sembilan provinsi di Sumatera dan empat provinsi dari Jawa. Direktur Bioenergi DJEBTKE Maritje Hutapea menyatakan, “”Melalui lokakarya ini, kemajuan implementasi Program BIRU akan dievaluasi, terutama untuk melihat sejauh mana dampak biogas tersebut dalam pemenuhan kebutuhan energi masyarakat. Selain itu, berbagai masalah teknis akan dievaluasi apakah teknologi tersebut sudah sesuai dan tepat guna, terutama dalam kehandalan alat, kemudahan sistem operasi dan pemeliharaan. Lokakarya ini juga dimanfaatkan sebagai forum sosialisasi kepada pemerintah daerah lain untuk mereplikasi reaktor biogas ini di daerahnya masing-masing.”

Sementara itu, Manajer Program BIRU Robert de Groot menjelaskan bahwa sinergi antara pemerintah di bidang energi baru terbarukan dengan para pihak yang melaksanakan program BIRU di semua tingkat sangat penting demi mendukung pengembangan sektor biogas yang berkelanjutan di Indonesia.

Program ini dilaksanakan oleh Hivos dan SNV dengan bekerja sama dengan DJEBTKE, didanai oleh Kerajaan Belanda dan dilaksanakan di Jabar, Jateng, DIY, Jatim, Bali dan Lombok, Sulawesi Selatan dan NTT.  Program di Jateng dan DIY sudah berjalan sejak November 2009, berbagai tantangan dihadapi dalam pembangunan program ini. “Salah satu tantangan tersebut adalah masih sulitnya menyediakan akses kredit yang terjangkau oleh para peternak yang menjadi target dari Program BIRU,” lanjut de Groot, “oleh karena itu, diharapkan melalui tersedianya akses kredit bagi peternak individual dan kelompok, kegiatan program BIRU bisa berjalan lebih baik.”

Hutapea menambahkan, “Kami  menyambut baik pelaksanaan Program BIRU ini dan berharap pengembangan biogas di Indonesia dapat menerapkan mekanisme pendanaan seperti yang dilakukan Program BIRU, bukan lagi hibah seperti yang dilakukan melalui pendanaan APBN selama ini. Mekanisme yang dilakukan Program BIRU akan menciptakan rasa kepemilikan yang kuat dari masyarakat.”

Selain itu, Program BIRU terus mendorong pengelolaan limbah secara maksimal, tidak hanya  untuk biogas tetapi ampasnya  (bio-slurry). “Pakai Biogas rumah  irit. Biasanya setiap bulan habis 3 tabung gas ukuran 30 kg. Sekarang sudah tidak beli lagi.” kata Yusmin, pemanfaat Biogas rumah dari Semarang . “Saya pakai ampas biogas untuk tambahan pupuk di sawah.  Saya tidak khawatir lagi kalau harga pupuk naik” ujar Aisyah di Bantul.

Melalui Program BIRU, Hivos memberikan subsidi senilai Rp 2 juta per reaktor, berupa peralatan dan bukan uang tunai. Per 31 Agustus 2011, 284 digester telah terbangun di Jateng dan DIY dan lebih dari 200 keluarga sedang mengantri untuk membangun BIRU. Hingga akhir Desember 2012 ditargetkan minimal 2.000 reaktor bisa terbangun di kedua provinsi tersebut.

Sumber : www.ebtke.esdm.go.id

25 Juni 2012