Berebut Kotoran Sapi

`Kami sangat merasakan manfaat pemanfaatan kotoran ternak menjadi biogas

Banyak kisah menarik dan terkadang menggelikan terjadi di Desa Gapura, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, lokasi pembangunan puluhan reaktor BIRU yang telah berfungsi dengan baik. Ini terkait dengan kebutuhan warga akan kotoran sapi untuk mengisi reaktor biogas mereka. Saat ini untuk keperluan pengisian pertama warga terpaksa membeli kotoran sapi dari tempat lain, karena kandang-kandang di desa Gapura, baik kandang kolektif dan kandang di rumah warga, telah bersih. Kotoran yang dahulu menumpuk dan menimbulkan bau yang tidak sedap kini menjadi rebutan.

Menurut Tuak Darun, salah seorang pengguna BIRU di Desa Gapura, kini warga yang menempatkan sapinya di kandang kolektif harus sigap mengambil kotoran sapinya sebelum didahului oleh warga lain. “Sering kali kami harus berangkat pagi-pagi sekali, bahkan sehabis sholat Subuh (kira-kira jam 5 pagi) kami harus sudah berada di kandang untuk mengambil kotoran sapi. Terlambat sedikit, maka kotoran sapi sudah bersih, artinya kita tidak kebagian. Kotoran sapi yang dulu tidak berharga, kini jadi rebutan,” lanjut Tuak Darun.

“Mengolah limbah menjadi berkah” terbukti bukanlah jargon semata. Kenyataan membuktikan bahwa sesuatu yang dulu dianggap limbah, bahkan terkadang menjadi sumber perselisihan antar warga karena sering kali kotoran sapi dibuang begitu saja di sembarang tempat sehingga bau yang ditimbulkannya mengganggu warga lain, menjadi sesuatu yang berharga. “Kami sangat merasakan manfaatnya. Kami tak perlu lagi repot untuk mencari kayu bakar atau khawatir harga minyak tanah melambung tinggi. Dengan� satu ember kotoran sapi, kami sudah tenang karena gas yang dihasilkan bisa digunakan untuk memasak satu hari penuh,” ujar Tuak Darun di penghujung cerita. (mai_bpolombok)

24 November 2010