200 Biogas Untuk Yogya

Hivos dan SNV menggelar pelatihan konstruksi biogas di Kecamatan Pundong (Bantul, DIY) pada 13-21 Juli 2010. Mengingat populasi ternak sapi di Kabupaten Bantul dan Sleman cukup tinggi, potensi pengembangan biogas di dua daerah itu cukup besar. Di Dusun Tangkil, Desa Srihandono (Pundong), setiap warga rata-rata memiliki dua-tiga ekor sapi, sehingga mampu menopang keberlanjutan pasokan bahan baku biogas.

Pelatihan konstruksi reaktor fixed dome biogas di Tangkil berlangsung
pada 16 Juli dengan peserta 15 tukang batu dan 3 supervisor. Darmanto, kepala Dusun Tangkil,
mengaku gembira karena wilayahnya dijadikan lokasi percontohan dan
pelatihan. “Warga kami sangat antusias, apalagi saat ini gas elpiji
sulit diperoleh. Meski bukan peserta pelatihan, mereka juga ingin
membangun reaktor sendiri,� kata Darmanto seperti dikutip Radar Jogja
(17/7).

Darmanto mengatakan bahwa sebelumnya warga dusun memanfaatkan kotoran sapi sebagai pupuk. “Jika digunakan untuk biogas, limbahnya juga bisa digunakan sebagai pupuk, jadi ada manfaat tambahan,� katanya kepada Koran Tempo (17/7). Ia menambahkan bahwa selain sering terjadi ledakan tabung gas, keuntungan lain bahwa warga bisa menghemat gas tanpa membeli. “Gas yang dihasilkan berbeda dengan gas elpiji, sehingga tidak meledak,� kata Benedicta R. Kirana, Promotion and Extension Consultant Program BIRU untuk Jawa Tengah dan DIY, seperti dikutip Bernas (17/7).

Maria Epik Pranasari, Provincial Coordinator Indonesia Domestic Biogas Programme (IDBP) untuk Jawa Tengah dan DIY mengatakan kepada Media Indonesia (17/7) bahwa sedikitnya ada 200 reaktor biogas yang akan dibangun di DIY. “Kami menargetkan bahwa pada 2012 sudah ada 8.000 pengguna BIRU di Indonesia,� jelasnya. Kepada Kompas Yogya (20/7), Benedicta menambahkan bahwa sudah ada 31 rumah tangga di DIY yang memesan biogas, dengan 10 berasal dari Bantul dan sisanya dari Kulon Progo. “Selama kuota 8.000 unit belum terpenuhi, kami tak membatasi pemesanan,� ujarnya.

20 Juli 2010