Luas total wilayah Provinsi Bali adalah 5.634,40 ha dan secara administrasi terbagi menjadi delapan kabupaten dan satu kota, yaitu Kabupaten Jembrana, Tabanan, Badung, Gianyar, Karangasem, Klungkung, Bangli, Buleleng, dan Kota Denpasar yang juga merupakan ibukota provinsi.
Program BIRU mulai diimplementasikan di Bali sejak Agustus 2010. Awalnya, program BIRU bekerjasama dengan satu lembaga mitra pembangun, yaitu Yayasan BOA (Bali Organic Association). Kini, ada empat organisasi lain yang menjadi mitra pembangun BIRU yaitu Yayasan IDEP Selaras Alam, Yayasan Manikaya Kauci, Yayasan Sunari dan Koperasi Mitra Usaha Mandiri/CV. MUM.
Program BIRU sudah diperkenalkan melalui enam demo plot (demplot), yaitu di Desa Buahan, Kec. Payangan, Kab. Gianyar; Desa Jehem, Kec. Tembuku; Desa Sulahan, Kec. Susut, Kab. Bangli; Desa Patas, Kec. Gerokgak, Kab. Buleleng; Desa Les, Kec. Tejakula, Kab. Buleleng; Desa Angkah, Kec. Selemadeg Barat, Kab. Tabanan; serta Desa Selat, Kec. Klungkung, Kab.Klungkung.
Hingga akhir Juli 2011, program BIRU di Bali telah melatih 57 tukang dan 12 supervisor yang tersebar di seluruh kabupaten di Provinsi Bali, kecuali Kota Denpasar. Sebagian besar alat instalasi reaktor BIRU telah diproduksi secara lokal antara lain: Mixer (alat pengaduk campuran kotoran sapi dan air), pipa gas utama (untuk mengalirkan gas dari reaktor ke titik penggunaan, kompor atau lampu), dan manometer (alat pengukur tekanan gas).
Jumlah pemakai biogas rumah di Bali telah mencapai 110 rumah tangga dan tersebar di kabupaten Buleleng, Jembrana, Tabanan, Badung, Bangli, Gianyar, Klungkung. Yang belum adalah di Karangasem dan Denpasar. Tantangan eksternal terbesar dalam pengembangan program di Bali adalah ketidaktersediaan kredit biogas bagi masyarakat yang berpotensi sebagai pengguna. Di Bali, belum ada lembaga keuangan yang menyediakan fasilitas kredit dan menyebabkan banyak calon pemakai memerlukan waktu lama untuk mengumpulkan dana pembangunan reaktor. Apalagi biaya pembangunan reaktor dirasakan cukup mahal oleh masyarakat yang berprofesi sebagai petani dan peternak meskipun telah dikurangi subsidi 2 juta dari Hivos. Terlebih lagi masyarakat Bali lebih memprioritaskan penggunaan dana mereka untuk keperluan upacara adat.
Last updated: 15 August 2011.
Sumber: Socio-economic Indicators of Indonesia, BPS 2009; 2010 BPS Population Sensus