Program yang menyediakan digester biogas untuk rumah tangga di Bali akan diperluas ke seluruh kabupaten di pulau ini, berkat adanya dukungan kuat dari pemerintah kabupaten dan LSM-LSM lokal.

Gde Suarja, koordinator program Yayasan Rumah Energi (YRE) untuk Bali – yayasan yang bertanggungjawab untuk mengimplementasikan program, ujarnya baru-baru ini bahwa yayasan ini telah menentukan target pemasangan 500 digester di seluruh Bali menjelang akhir tahun.

“Pada saat ini, 405 unit telah terpasang di 39 kecamatan di sembilan kabupaten. Kita telah menentukan target untuk memasang 500 unit dengan merangkul lebih banyak lagi desa di seluruh kabupaten, dengan dukungan dari pemerintah daerah dan LSM-LSM,” ujarnya.

“Kami juga telah mendapatkan dukungan yang lebih besar dari kementrian, yang telah memberikan alokasi pendanaan khusus untuk beragam skema pengembangan energi terbarukan berbasis desa tahun ini, termasuk program BIRU ini. Oleh karena sejak tahun lalu, Badan Lingkungan Hidup di kabupaten-kabupaten Badung, Gianyar, dan Karangasem bahkan telah memberikan subsidi penuh untuk beberapa desa,” ujar Suarja.

Setelah dimulai pada tahun 2009, program ini telah memberikan manfaat pada ratusan keluarga, khususnya petani dan peternak, oleh karena program ini memungkinkan mereka untuk mengubah limbah ternak menjadi gas yang ramah lingkungan untuk penggunaan rumah tangga.

Program, yang dikenal sebagai Program Biogas Rumah Indonesia, atau dikenal masyarakat lokal sebagai ‘BIRU’ (singkatan ‘Biogas Rumah’) bertujuan untuk mendistribusikan bio-digester rumah sebagai sumber energi di tingkat lokal dan bekerlanjutan untuk rumah tangga dan diharapkan menjadi solusi untuk manajemen limbah ternak yang lebih baik.

Program ini dilaksanakan di sembilan provinsi di seluruh negeri: Bali, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, dan Lampung.

Program ini didanai oleh pemerintah Belanda dan dirancang serta diimplementasikan bekerjasama dengan Direktur Jenderal Energi Terbarukan dan Konservasi Energi pada Kementrian ESDM dan YRE. Dengan dukungan dari pemerintah, YRE mengembangkan kemitraan dengan pemerintah daerah di tingkat provinsi dan kabupaten, LSM, dan pihak swasta.

Di Bali, YRE telah membangun kemitraan dengan tujuh LSM lokal: Yayasan Asosiasi Organik Bali, Yayasan Manikaya Kauci, Yayasan IDEP Selaras Alam, Yayasan Padma Bhakti Pertiwi, Koperasi MUK, di samping juga kelompok tukang Tukang Abadi dan kelompok tukang Dewata.

Suarja menjelaskan 405 rumah tangga, kesemuanya adalah petani atau peternak, dimana mereka telah memasang digester biogas di halaman belakang. Untuk memproduksi biogas, mereka memerlukan sekitar 20 hingga 40 kilogram limbah ternak, yang dimasukkan ke dalam wadah dan kemudian dihubungkan ke digester melalui pipa.

Disamping menggunakan biogas untuk memasak dan memberikan penerangan di rumah-rumah mereka, mereka juga dapat menggunakan ampas biogas (ampas yang dihasilkan dari proses) sebagai pupuk organik untuk lahan pertanian.

Pada fase awal program, beberapa rumahtangga berpartisipasi melalui skema pembiayaan swadaya. Biayanya mencapai Rp 7,5 juta (USD 771) untuk memasang digester dan semua perlengkapan di rumah-rumah mereka. Mereka juga mendapatkan bantuan teknis dari para mitra lokal YRE di masing-masing kabupaten.

Namun demikian, oleh karena tidak semua keluarga mampu untuk memasangnya, YRE bekerjasama dengan pemerintah daerah di masing-masing kabupaten untuk memberikan subsidi untuk memungkinkan rumah tangga-rumah tangga itu mendapatkan fasilitas di bawah sistem urun biaya. Suarja berujar.

Yayasan ini juga akan mendorong koperasi di desa-desa untuk menyediakan sistem pinjaman untuk mendukung lebih banyak rumah tangga untuk bergabung dalam program ini.

Di bawah program ini, para petani mendapat bantuan melalui akses kepada kredit mikro melalui koperasi bersama sektor perbankan, termasuk Rabobank Foundation, yang telah berkomitmen untuk menyalurkan pinjaman pada tingkat bunga yang terjangkau.

Pinjaman tersebut mencapai € 1,5 juta dan untuk koperasi peternak dan organisasi mitra penyalur pinjaman untuk keperluan investasi di bidang fasilitas biogas.

Beberapa penduduk desa berbagi pengalaman mengenai manfaat yang mereka dapatkan dari program tersebut, baik untuk rumah tangga mereka maupun untuk peternakan mereka.

Mangku Sumantra, seorang peternak ayam petelur di Desa Pasedahan, Kecamatan Manggis, Karangasem, telah mendapatkan manfaat dengan memanfaatkan limbah ternaknya sejak bulan Oktober tahun lalu. “Keluarga kami dapat menggunakan gas yang dihasilkan oleh digester untuk memasak dan tenaga listrik hingga 6 jam,” ia berujar.

Ketut Suwena, seorang peternak sapi yang juga memiliki kebun buah di Payangan, Gianyar, berkata bahwa ia tidak lagi bergantung pada pupuk non-organik oleh karena sekarang ia dapat menggunakan ampas biogas yang dihasilkan oleh digester biogas sebagai pupuk organik untuk kebunnya.

“Saya dapat menghemat banyak uang oleh karena saya tidak harus membeli pupuk lagi. Dan satu hal lagi yang bermanfaat ialah bahwa ampas biogas dapat membantu pemulihan kondisi tanah sehingga meningkatkan hasil tanaman.”

Sumber: Koran Bali