"Andaikan saya dapat memiliki cahaya terang untuk belajar di rumah saat malam hari," ujar Andita yang masih duduk di bangku kelas 6 Sekolah Dasar dan tinggal di Cilulumpang, sebuah desa terpencil di kawasan Sukabumi, Jawa Barat.
"Andaikan saya dapat memiliki cahaya terang untuk belajar di rumah saat malam hari," ujar Andita yang masih duduk di bangku kelas 6 Sekolah Dasar dan tinggal di Cilulumpang, sebuah desa terpencil di kawasan Sukabumi, Jawa Barat.
Ibu dari 1 putra dan 1 putri ini bernama Wayan Sudarmi (37 tahun). Selain menemani kedua anaknya yang masih duduk di bangku SMP, Wayan Sudarmi sehari-hari mengelola usaha kecil keluarganya yaitu memproduksi penganan ringan berupa keripik berbahan dasar tepung beras.
Di Kecamatan Rendang, Karangasem, Bali cukup banyak para ibu yang
kreatif membantu keuangan keluarga dengan melakoni usaha-usaha skala
rumah tangga. Demikian juga para ibu yang merupakan para pengguna BIRU.
Salah
satunya adalah Ibu Luh Ketut Eniati, 36 tahun. Ibu ini bertempat
tinggal di Banjar Rendang Tengah, masih dalam wilayah Kecamatan Rendang.
Bermula dari usulan suaminya, Bapak Wayan Partha (42 tahun) yang cukup
ngotot untuk memiliki reaktor biogas untuk keluarga ini, akhirnya Ibu
Eniati malah memanfaatkan biogas tersebut untuk membuat usaha kecil
keluarga.
Jarum jam mengarah pada angka 4. Jam empat dini hari. Kebanyakan penduduk Dusun Kemuning, Kabupaten Lombok Barat, masih terlelap tidur. Namun tidak bagi Muslimah. Perempuan berumur 43 tahun ini sudah sibuk di dapur, menyiapkan plecing lontong dagangannya. “Saya dagang setiap hari, tidak pernah libur kecuali jika sakit. Hasilnya lumayan untuk tambahan penghasilan,” katanya sambil tersenyum.
Inovasi energi alternatif seperti tak mengenal kata selesai. Sumber energi seperti: matahari, angin, biodiesel dan air sebagai pengganti minyak bumi dan gas alam dimanfaatkan secara optimal, limbah buangan pun telah dibuktikan mampu menghasilkan energi.
Muliati, 37 tahun, tinggal di Dusun Presak, Desa Bonjeruk, Jonggat, Lombok Tengah. Desa Bonjeruk bisa ditempuh kurang lebih 45 menit dengan mengendarai mobil atau motor dari Mataram ke arah selatan. Rumahnya yang sederhana dikelilingi hamparan sawah dan kebun kelapa. Halamannya ditanami pohon naga dan sayur aneka rupa. Untuk sampai di sana kita harus melewati pematang sawah sejauh kira-kira 250 meter dari jalan besar. Bau khas lumpur sawah mengiringi langkah kaki di atas pematang menuju rumah Muliati.