Pertanyaan seputar bio-slurry

1. Apakah yang dimaksud bio-slurry?
Bio-slurry dapat diartikan slurry atau lumpur yang dihasilkan dari campuran kotoran dan air yang mengalami proses anaerob di reaktor. Bio-slurry mengalir keluar dari outlet melalui overflow. Bio-slurry terdiri dari sebagian besar berupa cairan.

2. Bagaimana karakter dari bio-slurry ?
Terdapat dua jenis bio-slurry, cair dan padat. Bio-slurry cair memiliki pH 7,9 – 8,3 dan tingkat kelembaban 90 – 93%. Bio-slurry cair berwarna coklat/hijau gelap, tidak mengeluarkan gelembung (bubble), tidak berbau, tidak mengundang lalat. Jika digunakan langsung pada lahan, bio-ssurry cair memiliki kandungan Nitrogen efektif 100%. Jika dikeringkan dalam keadaan ternaungi dari sinar matahari langsung, kandungan Nitrogen efektif 85%. Bio-slurry yang dikeringkan dengan sinar matahari langsung hanya mengandung Nitrogen efektif sebesar 65%.

Bio-slurry padat berwarna coklat gelap dengan ukuran yang tidak seragam. Ia tidak berbau dan tidak mengundang lalat ataupun hama serangga seperti rayap. Teksturnya lengket dan tidak meng ‘kristal’ serta memiliki kapasitas menahan air lebih baik. Secara fisik, biologi dan kimiawi, bio-slurry padat lebih baik dibandingkan pupuk kandang.

3. Apakah bio-slurry aman digunakan?
Jika bio-slurry yang dihasilkan sesuai dengan karakter yang disebutkan di atas dan jumlah pengisian kotoran segar ke dalam inlet sesuai dengan rekomendasi, maka bio-slurry dianggap aman dan layak digunakan untuk aneka pemanfaatan.

4. Bio slurry dapat digunakan untuk tujuan apa saja?
Untuk pertanian, bio-slurry bisa digunakan sebagai pupuk organik (cair dan padat), pupuk hayati cair, bio pestisida (anti hama dan penyakit) dan campuran media tanam untuk budidaya jamur komersial.
Untuk perikanan, bio-slurry bisa digunakan sebagai pupuk kolam ikan dan campuran pakan.
Untuk peternakan, bio-slurry bisa dijadikan campuran pakan bebek, kelinci, ayam, babi.

5. Sebagai pupuk organik, informasi apa saja yang terkandung di dalam bio-slurry cair maupun padat?
Tabel berikut ini menyajikan informasi kandungan NPK, C-organik dan C/N rasio dari bio-slurry.


Sumber: Analisa Bio-Slurry yang Dilakukan oleh Program BIRU (Biogas Rumah) 2011.

Keterangan:

  • Analisa berbasis basah = analisa yang ditujukan untuk mengetahui kandungan nutrisi dalam bentuk cair.
  • Analisa berbasis kering = analisa yang ditujukan untuk mengatahui kandungan nutrisi dalam bentuk padatan.
  • C-organik = kandungan karbon (C) di dalam bahan organik
  • C/N rasio = perbandingan antara kandungan karbon (C) organik dengan nitrogen (N) total.

Bio-slurry murni ataupun kompos bio-slurry sebagai pupuk organik mempunyai kandungan bahan organik yang cukup tinggi, dimana mempunyai manfaat untuk memperbaiki struktur tanah menjadi lebih remah, mudah mengikat nutrisi dan air serta meningkatkan populasi dan aktifitas mikroorganisme tanah. Berdasarkan hasil analisa, kandungan rata-rata nitrogen bio-slurry dalam bentuk cair lebih tinggi dibandingan dalam bentuk padat, sedangkan perbandingan antar nutrisi menunjukkan kandungan nitrogen cenderung lebih tinggi dibandingan fosfor dan kalium kecuali pada bio-slurry babi dalam bentuk padatan. Indikator bio-slurry sebagai pupuk organik yang berkualitas bagus ditunjukkan oleh kedua bentuk bio-slurry dengan rata-rata kandungan C-organik yang lebih tinggi dari standar pupuk organik yang dikeluarkan dari Standar Mutu Pupuk Organik, No.28/Permentan/OT.140/2/2009 yaitu lebih besar dari 12. Selain itu kandungan nutrisi NPK nya juga sesuai dengan Standar Mutu Pupuk Organik untuk kandungan NPK rata-rata di bawah 6%.

6. Bagaimana cara mengumpulkan bio slurry dari outlet?
Bio slurry cair dapat dikumpulkan dengan cara membuat 2 lubang slurry dengan kontruksi sederhana dari tanah atau berbahan bata dan semen dengan model (A) satu kanal dengan 2 cabang kanal ke arah 2 lubang slurry untuk pengisian dan pemanenan bergantian; (B) membuat 2 lubang slurry dengan 2 tujuan perolehan, yaitu lubang pertama untuk panen slurry padat basah dan lubang kedua untuk panen slurry cair. Di bagian bawah diantara kedua lubang slurry, beri lubang aliran cairan yang telah diberi saringan ijuk.

7. Bagaimana cara mendapatkan bio-slurry cair dan semi padat yang berkualitas baik?
Kualitas bio slurry yang tinggi ditentukan pada banyak sedikitnya kandungan nitrogen (N) dalam bentuk ammonium (NH4+) di dalamnya. Kandungan ammonium dapat berkurang bila terjadi penguapan berlebih akibat paparan sinar matahari langsung. Untuk meminimalkan hal ini, beri lubang slurry naungan pelindung. Naungan dapat berbentuk tanaman hidup yaitu tanaman merambat atau pemanjat yang produktif dengan masa hidup lama seperti labu siam atau naungan semi permanen dengan menggunakan tumpukan daun kelapa atau naungan permanen dengan menggunakan lembaran seng.

8. Apakah ada cara lain untuk meningkatkan kandungan nitrogen pada bio-slurry selain mengurangi penguapan ammonia?
Ada, yaitu dengan menambahkan cairan urin/ air kencing sapi bersamaan dengan pengisian kotoran segar ke dalam inlet saat feeding atau pengisian bahan baku.

9. Bagaimana mendapatkan bio-slurry padat yang berkualitas baik?

Pastikan bio-slurry ditampung di lubang slurry yang terlindung dari sinar matahari langsung. Pindahkan bio-slurry ke tempat lain, hamparkan pada tempat lain yang lebih luas namun juga terlindungi dari paparan sinar matahari langsung untuk mempercepat pengeringan dengan udara sampai pada batas kelembaban tertentu.

10. Pada kasus overfeeding atau pengisian bahan baku yang melebihi kapasitas reaktor, bio-slurry yang dihasilkan, masih mengandung gas dan berbau. Apakah bio-slurry masih bisa dimanfaatkan dan bagaimana caranya?
Bio-slurry yang keluar dalam kondisi masih mengandung gas sebaiknya digunakan hanya untuk pembuatan pupuk kompos. Hal ini untuk meminimalkan perkembangan mikroba berbahaya, mematangkan bio-slurry dan mengurangi risiko pencemaran lingkungan. Bisa juga menghilangkan gas yang masih ada dengan mengeringkan bio-slurry selama setidaknya satu bulan.


11. Hal-hal apa yang harus dihindari untuk menjaga kualitas bio-slurry?
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan. Satu, hindari penggunaan kotoran dan urin dari ternak yang mendapat pengobatan antibiotik. Dua, hindari pemberian kotoran ternak yang melebihi kapasitas reaktor yang akan mengakibatkan proses fermentasi tidak sempurna, hindari kontaminasi pestisida, pupuk kimia dan mikroba aktivator yang tidak disarankan ke dalam reaktor.