Latar Belakang

Di seluruh dunia, masih banyak orang yang tak memiliki akses terhadap bahan bakar memasak yang bersih dan aman. Mereka harus memakai bahan bakar tradisional seperti kayu bakar dan arang. Kegiatan mengumpulkan dan memasak dengan bahan bakar itu, yang umumnya dilakukan wanita dan anak-anak, membutuhkan waktu yang lama; bahkan di beberapa tempat kegiatan itu akan menghabiskan banyak sumber daya alam sekaligus merusak lingkungan. Bahan bakar tersebut juga menyebabkan mereka terpapar asap dan rentan terkena berbagai penyakit.

Untuk memperbaiki nasib mereka, dan menindaklanjuti Pertemuan Tingkat Dunia tentang Pembangunan Berkelanjutan, pemerintah Belanda menyusun program untuk pembangunan berkelanjutan yang menekankan hubungan antara kemiskinan dan energi. Salah satu tujuan program ini adalah menyediakan akses terhadap energi terbarukan bagi 10 juta orang (2 juta rumah tangga).

Biogas domestik (rumah tangga) sebagai bagian dari program tersebut telah diterima luas di Asia dalam 25 tahun belakangan. Pelaksanaan program biogas di Nepal dan Vietnam telah sukses dan diakui oleh berbagai pihak internasional. Program biogas domestik saat ini juga telah berkembang di Cina, India, dan beberapa negara Asia lain. Keberhasilan program tersebut disebabkan oleh pendekatan berbasis pasar, keterlibatan stakeholder dalam lingkup nasional, dan penekanan terhadap pengendalian kualitas. Manfaat yang didapat diantaranya peningkatan martabat perempuan dan keuntungan nyata bagi keluarga.

Pada 2008, berdasarkan permintaan dari Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi (Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral), Kedutaan Besar Kerajaan Belanda melakukan studi kelayakan potensi biogas di Indonesia dan meminta SNV melaksanakan penelitian itu. Hasilnya, diketahui bahwa potensi konstruksi biogas di Indonesia mencapai satu juta unit dan tingkat keuntungan finansialnya bagi pengguna cukup memuaskan. Selain itu, ditemukan banyak institusi dan organisasi yang berminat menjadi stakeholder dalam sebuah program nasional. Melihat potensi tersebut, Hivos yang didukung oleh SNV memutuskan untuk menjalankan program biogas domestik di maksimum 8 provinsi di Indonesia dengan menggunakan pendekatan pembangunan sektor berbasis multi-stakeholder.