Bank Syariah Mandiri
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA. PT Bank Syariah Mandiri (BSM) bekerja sama
dengan United Nations Environment Programme (UNEP) dan Biogas Rumah
(BIRU) dalam mempromosikan pinjaman bagi energi bersih di Indonesia.
UNEP telah ditugaskan oleh Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) Jerman
untuk meluncurkan program Akses Keuangan untuk Teknologi Energi Bersih
atau Finance for Access to Clean Energy Technologies (FACET).
FACET
bertujuan memulai dan meningkatkan pinjaman bank domestik terhadap
teknologi bersih skala kecil. Mekanisme dukungan dari FACET memungkinkan
BSM memberikan pinjaman dengan margin yang lebih rendah untuk
pembiayaan biogas digester. Biasanya margin dalam Kredit Usaha Rakyat
(KUR) sebesar 22 persen. "Tapi dalam pembiayaan biogas ini, jika
pinjaman di bawah 20 juta maka margin yang ditanggung nasabah hanya 9
persen selama tiga tahun, sementara yang 13 persen disubsidi dari
FACET," kata Direktur BSM, Hanawijaya saat jumpa pers di Hotel Haris,
Jakarta, Senin (26/8).
Subsidi juga diberikan pada pinjaman
lebih dari Rp 20 juta. Jika biasanya margin sebesar 13 persen, maka
nasabah hanya dibebani 9 persen, sedangkan yang 4 persen ditanggung
FACET. Dengan adanya produk pembiayaan tersebut, BSM menargetkan
penambahan 10 ribu akun nasabah dan total pembiayaan Rp 60 miliar di
tahap pertama pembiayaan biogas ini. "BSM tertarik bekerja sama dalam
program ini karena sesuai dengan salah satu proposisi syariah yakni
menjadi pemerhati lingkungan," ucapnya.
Akad yang digunakan adalah akad Murabahah dan sasaran nasabahnya adalah peternak serta petani. BSM telah
menggandeng para peternak yang tergabung dalam Koperasi Setia Kawan di
Malang, Jawa Timur dalam program ini. Tidak menutup kemungkinan BSM juga
akan menyasar sentra pembuatan tahu di Jakarta dan pengusaha
penggemukan sapi di Makassar dan Lampung. "Kalau yang di Malang sukses,
saya akan membahas rencana ini pada Pemda setempat," kata Hanawijaya.
Perwakilan
Frankfurt School - UNEP Collaborating Center for Climate and
Sustainable Energy Finance, Mart Dedebas mengatakan dana dari subsidi
margin pembiayaan biogas berasal dari KLH Jerman. "Progres kerjasama
biogas yang paling jauh adalah dengan BSM," ujarnya.
Mart
khawatir penggunaan kayu sebagai bahan bakar berlebihan oleh pengusaha
justru akan merusak lingkungan. Untuk itu pihaknya mendukung penggunaan
energi terbarukan. Tujuan utama pasar adalah mobilisasi akes pinjaaman
pada pengguna akhir, dalam hal ini peternak. "Target awal kami akan
melakukan subsidi margin pinjaman terhadap 10 ribu biogas," kata dia.
Nilainya setara dengan 800 ribu dolar AS. Sebanyak 400 ribu dolar AS
sudah ditransfer ke BSM. Jika dalam tiga tahun mencapai target, maka
FACET akan melanjutkan dengan dana yang lebih besar.
FACET, kata
Mart, menyediakan subsidi margin sehingga peternak bisa mendapatkan
pinjaman lunak dengan margin lebih rendah. Yang terpenting FACET tidak
hanya fokus pada kualitas pinjaman tapi juga kualitas biogas.
Program
Manager BIRU, Robert De Groot mengatakan program BIRU telah dimulai
sejak 2009. Program ini bertujuan mengembangkan sektor biogas di
Indonesia baik dari sisi penawaran maupun permintaan. "Kami memberikan
fasilitas subsidi pada para peternak. Suplainya kami bantu," kata dia.
Pihaknya ingin mengembangkan kemampuan pembuatan biogas dengan standar
unggul sehingga Indonesia memiliki sektor biogas mandiri.
Sekretaris
Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi
Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Tunggal mengatakan
pemerintah menyambut baik bantuan dari berbagai pihak dalam hal
pemberdayaan energi terbarukan ini. Dia berharap bantuan yang datang
baik dari pihak universitas, tenaga ahli maupun LSM dapat dilakukan
dengan perencanaan baik sehingga proyek berjalan benar dan bisa
meningkatkan perekonomian masyarakat. "Kalau aspek ekonomi sudah
meningkat, maka program ini pasti akan berkelanjutan," ucap Tunggal.
Sumber: Republika.co.id