Mataram – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)
tengah mengevaluasi implementasi program Biogas Rumah (Biru) di wilayah
Nusa Tenggara Barat, yang dilaksanakan sejak Juli 2010.
"Program Biru di NTB dievaluasi sekaligus pembentukan tim pendampingan
implementasi program tersebut secara berkelanjutan," kata Kepala Dinas
Pertambangan dan Energi (Distamben) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB)
Eko Bambang Sutedjo, ketika dihubungi di Mataram, Minggu.
Ia mengatakan, evaluasi dan pembentukan tim pendampingan implementasi
program Biru itu akan dimantapkan dalam "workshop" Program Biru, yang
dijadwalkan Selasa 912/6), di Hotel Jayakarta, Sengggigi, Kabupaten
Lombok Barat.
"Workshop" itu akan dihadiri pejabat dari Direktorat Energi Baru
Terbaharukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM, Biro Perencanaan
Kementerian Sosial, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM),
Ditjen Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kementerian Dalam Negeri,
Direktorat Energi Bappenas dan direktorat terkait lainnya di Kementerian
ESDM.
"Dengan 'workshop' itu diharapkan implementasi program Biru NTB
terlaksana secara berkelanjutan yang didukung tim pendamping yang
mumpuni," ujarnya.
Eko mengakui, upaya penyediaan bahan bakar alternatif melalui program
Biru diimplementasi di Pulau Lombok, NTB, sejak Juli 2010, dengan target
terbangunnya 50 unit biogas.
Pengembangan program BIRU itu, Direktorat Energi Baru Terbaharukan dan
Konservasi Energi Kementerian ESDM, bekerja sama dengan masyarakat,
namun menggandeng mitra lokal yakni Pusat Studi Pembangunan NTB.
Implementasi program Biru di Pulau Lombok itu dimulai di Kabupaten
Lombok Tengah dengan membangun demplot reaktor biogas di desa Gapura,
Pujut, kemudian di Kabupaten Lombok Barat di desa Banyu Urip, Gerung.
"Potensi pengembangan biogas di kawasan Lombok sangat besar dikarenakan
populasi ternak khususnya sapi dan babi yang kotorannya menjadi bahan
bakar utama cukup tinggi," ujarnya.
Karena itu, kata Eko, melalui pembangunan dan berfungsinya
reaktor-reaktor tersebut diyakini akan dapat memberikan pemahaman dan
pandangan baru bagi warga sekitar mengenai pemanfaatan kotoran ternak
sebagai sumber energi murah dan murah.
Pemanfaatan kotoran hewan sebagai biogas tidak hanya bertujuan
menyediakan energi alternatif yang berkelanjutan tetapi juga sebagai
upaya untuk memperbaiki kualitas hidup dan lingkungan.
Secara nasional, pengelola program Biru menargetkan mampu membangun
8.000 unit biogas bagi peternak di 6-8 provinsi sampai akhir tahun 2012.
Program tersebut dijalankan dengan pendekatan multipihak untuk
memungkinkan sektor swasta membangun digester dengan kualitas tinggi dan
biaya relatif murah, sekaligus memperkenalkan teknologi biogas yang
benar kepada pengguna.
Para pengguna biogas akan kami berikan buku petunjuk dan mendapatkan
garansi selama tiga tahun, dan diberi pelatihan konstruksi biogas.
Pelatihan itu terkait kerja sama multipihak yang bertujuan penyediaan
tenaga pembangunan yang berkualitas untuk mendukung pembangunan program
Biru.
"Dalam pelaksanaan program Biru juga ditetapkan standar kualitas atas
beberapa peralatan yang harus ditaati dalam pembangunan biogas dan alat
ukur gas," ujar Eko.(ant)
Sumber: http://sumbawabaratnews.com/?p=5409