Pelatihan Pengguna BIRU di KPSP Setia Kawan, Pasuruan

Suasana pelatihan di Desa Tutur, Dusun Gunungsari, Pasuruan

Koperasi Peternakan Sapi Perah (KPSP) Setia Kawan, Nongkojajar, saat ini telah membangun lebih dari 100 unit BIRU. Untuk mencapai target 245 unit pada akhir 2010, dan sesuai dengan perjanjian antara koperasi dengan Hivos, pada 8 Juli 2010 KPSP Setia Kawan mengadakan Pelatihan Pengguna BIRU bagi semua pengguna yang sudah mendapatkan dan menggunakan unit BIRU. Acara ini diadakan di rumah Bapak Prayitno di Desa Tutur, Dusun Gunungsari. Kegiatan ini merupakan kegiatan lanjutan dari pelatihan pengguna pada bulan April 2010 yang di lakukan di Aula KPSP Setia Kawan. Pelatihan ini melibatkan pengguna BIRU, staf biogas KPSP Setia Kawan, dan beberapa calon pengguna dengan tujuan promosi.

Pelatihan dibuka secara resmi oleh manajer Koperasi, Bapak Harianto, yang menyampaikan dua agenda penting dalam acara ini, yaitu asas manfaat pemakaian biogas baik bagi peternak, ternak itu sendiri, dan lingkungan pada umumnya; sekaligus pentingnya perawatan BIRU di masing – masing pengguna. Ia juga menjelaskan pola pembayaran Biogas Rumah. Untuk kapasitas 6 m3, peternak wajib mengangsur Rp 33.000 per 10 hari selama 3 tahun (yang akan dipotong dari setoran susu), dan peternak akan mendapatkan biaya subsidi sebesar Rp 2.000.000 dari Hivos. Untuk mendukung pencapaian target, staf biogas dikelompokkan dalam beberapa tugas seperti staf penerima pendaftar, staf keuangan, staf administrasi, staf material, dan staf survei lokasi. Dalam sesi ini terungkap bahwa hampir 98% pengguna sudah puas dengan BIRU yang ada di rumahnya.

Sesi kedua diisi dengan pemaparan pengalaman pengguna BIRU selama mengguanakan biogas. Ibu Tummi/Bapak Sugianto memiliki BIRU 8 m3 dengan penggunaan setiap hari mulai jam 04.00 hingga jam 08.00 pagi untuk aktivitas memasak nasi, air, dan lauk pauk keluarga. Jam 14.30 hingga jam 17.00 gas dipakai untuk memasak persiapan malam hari. Dari aktivitas memasak ternyata gas tidak habis – habis. Kunci dari banyaknya produksi gas ternyata pengisian limbah ke dalam digester sesuai dengan aturan atau petunjuk supervisor, dengan mencampur 3 kaleng limbah dan air di aduk hingga lumer/tidak cair atau tidak kental, yang dilakukan setiap pagi hari. Hingga saat ini Ibu Tummi sudah tidak menggunakan LPG dan kayu bakar lagi. Sementara itu Ibu Darmaji menceritakan pengalaman sebelumnya memakai biogas plastik. Waktu menggunakan biogas plastik, gas sering habis pada saat memasak sehingga ibu Darmaji harus mengisi digester dengan limbah lagi. Kerusakan pun sering terjadi sehingga dalam waktu setengah tahun sudah dilakukan 3 kali perbaikan. Kini dengan biogas 6 m3, Ibu Darmaji hanya mengisi limbah tiap pagi dan gas sudah bisa dipakai tiap hari.

Sesi ketiga dibawakan oleh Bapak Solikin yang menjelaskan tentang bagian–bagian BIRU dan fungsinya, dengan dibantu alat peraga berupa beberapa contoh fisik komponen BIRU. Peserta sangat tertarik dan terlibat secara interaktif dalam diskusi. Sesi ini diteruskan dengan melihat secara langsung bagian–bagian BIRU dan fungsinya di lapangan.

Sesi terakhir membahas slurry sebagai produk samping BIRU, dengan dipandu oleh Ismari (BPEO) yang menerangkan manfaat slurry dan kandungan yang ada di dalamnya. Saat ini slurry bisa digunakan langsung untuk tanaman sebagai pupuk kandang. Harianto, manajer KPSP, menerangkan bahwa kelak slurry akan dioptimalkan sebagai bahan pembuatan pupuk organik. Sebagai langkah awal, ia sudah mengawali penjajakan dengan Petroganik, salah satu investor pupuk organik di Jawa Timur.

8 Juli 2010