Kolaborasi Terintegrasi menuju Kabupaten Rendah Karbon

Perkebunan kelapa dan jagung sudah menjadi cerminan bagi kehidupan masyarakat di Kabupaten Gorontalo karena keduanya telah menjadi sumber pendapatan utama masyarakat. Selain kedua komoditas tersebut, masyarakat Gorontalo juga sudah akrab dengan peternakan dan terbiasa menggembalakan sapi yang dipelihara di kebun kelapa maupun jagung, terutama pasca musim panen jagung. Meskipun demikian, hal ini tidak menjadikan Kabupaten Gorontalo hanya mengutamakan intensifikasi hasil perkebunan, pertanian, maupun peternakan dengan mengabaikan pelestarian lingkungan. Bersama dengan 11 kabupaten lainnya di Indonesia, Kabupaten Gorontalo berkolaborasi bersama dalam wadah Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) untuk mewujudkan pertanian yang terintegrasi, berkelanjutan dan menjaga pelestarian lingkungan.

LTKL bersama dengan Yayasan Rumah Energi melakukan uji coba untuk mengimplementasikan skema ekonomi lestari dengan biogas sebagai basis penggeraknya dengan tema “Perekonomian Lestari Berbasis Masyarakat” yang diharapkan dapat menunjang dan memberikan akselerasi untuk menghubungkan potensi peternakan, pertanian, dan perkebunan dalam sebuah sistem perekonomian sirkuler yang rendah karbon. Bersama dengan Pemkab Gorontalo yang diwakili oleh BAPPEDA Kabupaten, dilakukan uji coba 8 unit digester biogas berkapasitas 4 m3 yang dibangun di tiga kecamatan: Boliyohuto, Bongomeme, serta Tibawa. Uji coba ini memiliki tiga tujuan, yaitu untuk memperkenalkan pertanian dan perkebunan berbasis biogas kepada masyarakat, menciptakan figur-figur yang akan menjadi tokoh sentral dalam menyebarluaskan informasi tersebut, serta mendalami kesiapan serta tantangan di masyarakat dalam menerima program jangka panjang.

Instalasi biogas juga memberikan manfaat pupuk alami atau bio-slurry yang diterima oleh para penerima manfaat dalam memberikan solusi kelangkaan pupuk yang dirasakan oleh para petani di daerah tersebut. Dengan instalasi biogas penerima manfaat dapat memanfaatkan langsung bio-slurry untuk pertanian mereka.

“Sekarang mencari pupuk susah, apalagi saya tanam kangkung butuhnya banyak. Kalau cuma mahal mungkin masih bisa dibeli, tapi kalau barangnya tidak ada mau gimana? Untung saya bisa memakai pupuknya dari biogas,” jelas Ade Sunaryo yang akrab disapa Mang Dede sebagai salah satu penerima manfaat. Senada dengan harapan Mang Dede, Saimin juga terpaksa menanam tebu dengan sekali pemupukan yang idealnya dilakukan dua kali.

Selain membangun instalasi biogas, YRE dalam uji coba ini membuka lapangan pekerjaan dengan melakukan on job training kepada tukang-tukang setempat, contohnya seperti Agus dan Salim Mohammad yang merupakan dua orang tukang setempat juga dilibatkan sebagai calon tukang ahli. Meski belum mendapatkan teori dalam konstruksi digester biogas, Salim tampak cekatan dalam mengikuti arahan dari Mason Group Regol yang sudah berpengalaman dalam membangun digester BIRU di Lampung. Ia bahkan sudah ikut dalam proses pembongkaran mal kubah dan pelapisan kubah yang merupakan bagian paling vital dalam proses konstruksi digester. Tukang setempat seperti Agus dan Salim Mohammad ini, diharapkan kedepannya dapat menjadi ujung tombak dalam implementasi program yang diajukan kepada Green Climate Fund.

22 September 2021