Hasanuddin, Motivator Pengembangan Sektor Biogas di Kabupaten Sinjai

Bapak Hasanuddin, tinggal di Desa Palae, Kecamatan Sinjai Selatan, Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan, bersama dengan istri, Ibu Nurhayani, dan keempat anaknya. Rutinitas beliau adalah petani yang juga memiliki keahlian sebagai tukang batu untuk membantu perekonomian keluarganya.

Beliau mengenal biogas ini melalui demoplot pembangunan reaktor biogas di Kecamatan Sinjai Selatan yang dibangun oleh mitra pembangun Biogas Rumah (BIRU) yang dikelola oleh Bapak Aqdar. Sebagai warga di sekitar lokasi demoplot, beliau tertarik dan mencoba menghubungi seorang tukang ahli biogas, Bapak Tawwil, untuk membangun biogas di rumahnya. Sejak tahun 2011 hingga saat ini, Bapak Hasanuddin menjadi salah satu pengguna BIRU dari anggota Kelompok Tani Patohoni.

Sejak biogasnya dapat berfungsi dengan baik, beliau merasa sangat senang karena selain digunakan sebagai sumber energi alternatif untuk memasak, biogas juga menghasilkan pupuk organik dari ampas biogas (bio-slurry) yang dapat mendukung kegiatannya di lahan pertanian miliknya.

Luas lahan pertanian sekitar satu hektar terletak di dua lokasi yang berbeda. Bio-slurry keluar dari reaktor biogas setelah penggunaan biogas sekitar dua bulan. Beliau kemudian membuat demoplot aplikasi bio-slurry sebagai pupuk organik di lahan pertaniannya. Demoplot ditanami 500 bibit mentimum dan 200 bibit terong dan menghasilkan panen senilai kurang lebih Rp.3.500.000,- untuk mentimun dan Rp 2.350.000,- untuk terong. Kedua hasil panen ini dipasarkan secara lokal di sekitar Kabupaten Sinjai.

Selain aplikasi bio-slurry pada kedua jenis tanaman tersebut, beliau juga menggunakan bio-slurry untuk tanaman lainnya, seperti padi, cabai, lada, ubi, melon, dan semangka.

Pada tahun 2016, beliau mengaplikasikan bio-slurry sebagai pupuk organik padat dan cair pada 4.000 pohon cabai. Sekitar satu pohon cabai dapat menghasilkan sekitar 4 kilogram dan menghasilkan panen sebanyak 97 kali sampai tanaman cabai diganti dengan tanaman baru.

Penghasilan kotor yang diperoleh dari sekali panen cabai lebih dari Rp. 80.000.000,-. Pemasarannya sudah mampu menembus pasar retail besar, seperti Carefour dan Lotte Mart di Makassar. Keberhasilan menembus pasar ini karena kualitas cabainya yang bagus dan tidak mudah busuk.

Selain menekuni kegiatan bertani, Bapak Hasanuddin juga menjadi tim pembangnun biogas sebagai tukang ahli yang digelutinya sejak tahun 2014 hingga saat ini dan telah membangun beberapa unit reaktor biogas di sekitar Kabupaten Sinjai.

Dengan berbagai pengalaman beliau di bidang biogas, beliau sering diundang menjadi narasumber oleh pemerintah daerah setempat untuk berbagi pengalaman khususnya untuk aplikasi bio-slurry.

Pengalaman beliau sebagai narasumber, antara lain:

  • Tahun 2014 tentang Sosialisasi Biogas yang diselenggarakan oleh Dinas ESDM Provinsi Sulawesi Selatan dengan dinas-dinas terkait, seperti dinas pertanian, Bappeda, dinas perkebunan, dan lainnya.
  • Tahun 2015 tentang Sosialisasi Biogas dan Pemanfaatan Bio-slurry yang diselenggarakan oleh Dinas ESDM Provinsi Sulawesi Selatan bekerja sama dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan.
  • Tahun 2016 tentang Sosialisasi Biogas dan Pemanfaatan Bio-slurry yang diselenggarakan oleh Dinas ESDM Provinsi bekerja sama dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan.
  • Tahun 2017 menjadi narasumber untuk memberikan testimoni pada kegiatan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrembang) Provinsi Sulawesi Selatan.

(Rosmiati Lantara)

27 Maret 2018