Bio-slurry Membantu Peternak Lebih Banyak Mendulang Emas Putih

Kiambang atau yang biasa disebut Lemna (duckweed) merupakan tanaman yang sudah tidak asing bagi kalangan masyarakat. Kandungan proteinnya yang sangat tinggi membuat tanaman ini diminati dan dapat dimanfaatkan oleh berbagai sektor, baik untuk dijadikan sebagai tambahan nutrisi pangan atau pakan ternak, diolah menjadi energi, dijadikan biofilter untuk remediasi wilayah perairan, bahkan sampai dibuat sebagai bahan campuran untuk kosmetik.

Pada sektor budidaya dan peternakan, pemanfaatan lemna sebagai tambahan nutrisi bagi pakan ternak sudah sangat lazim dilakukan karena dapat memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ternak dan hewan budidaya. Begitu pula yang dialami oleh para peternak di Desa Mekar Jaya, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Berkat Program GADING yang dilakukan Rumah Energi di kawasan tersebut, para peternak menjadi lebih paham tentang manfaat lemna dan kegunaan pemanfaatan bio-slurry (ampas biogas) untuk nutrisi lemna.

Manfaat penerapan pemanfaatan bio-slurry untuk nutrisi lemna ini sudah dirasakan oleh Novi Yulianti, salah satu warga di Desa Mekar Jaya. Wanita kelahiran Garut ini mengaku sangat terbantu dengan adanya Program GADING dan telah merasakan sendiri manfaat dari penerapan lemna sebagai campuran pakan ternaknya. Setiap hari Novi memberikan satu ember bio-slurry cair yang dihasilkan dari reaktor biogasnya untuk nutrisi atau pakan bagi kolam lemnanya. Ia mengatakan bahwa pemberian bio-slurry cair secara rutin dapat menghasilkan kualitas lemna yang baik dan membuat pertumbuhannya lebih cepat. Sebagai peternak sapi perah, lemna yang dihasilkan dari kolam budidayanya digunakan untuk campuran pakan ternaknya dan pemberian lemna untuk sapinya secara rutin terbukti dapat menambah produksi susu sapinya setiap hari.

“Iya, itu bertambah sekitar setengah liter, tapi kalau nggak dikasih dia turun susunya, menyusut. Jadi, harus tetap berkelanjutan,” ujar Novi saat ditanyakan mengenai peningkatan produksi susu sapinya setelah diberikan lemna.

Jadi, dengan peningkatan produksi susu sapinya, keuntungan Novi dapat mencapai Rp. 2.214.000,- per tahun. Selain itu, pemberian lemna secara rutin kepada sapinya yang hamil juga dapat mempertahankan produksi susu sapinya, bahkan sampai kehamilan bulan ketujuh masih menghasilkan susu.

Hal serupa juga dialami oleh Bapak Adis, warga Desa Mekar Jaya. Ketua Kelompok Peternak Pamegatan ini juga merasakan keuntungan dari pemberian lemna kepada sapi perahnya. Berbeda dengan Novi, peningkatan produksi susu sapi Bapak Adis rata-rata meningkat sampai 2 liter setiap harinya. Beliau menuturkan bahwa satu ekor sapi perahnya biasa diberikan sekitar 60-70 kg pakan hijauan dan 8 kg konsentrat. Setelah diberikan 10 kg lemna basah sebagai tambahan, maka penggunaan konsentratnya dapat dikurangi sampai 2 kg.

Jadi, pemberian 10 kg lemna basah menghasilkan keuntungan sekitar Rp. 8.400,- dari peningkatan produksi susu dan Rp. 5.100,- dari penurunan penggunaan konsentratnya, dengan keuntungan totalnya sekitar Rp. 13.500,- untuk satu ekor sapi per hari. Berdasarkan penuturannya, Adis mendapatkan keuntungan setiap tahun sekitar Rp. 4.860.000,- per sapi. Selain itu, beliau juga menyebutkan beberapa keuntungan penggunaan lemna untuk peternak sapi, antara lain peningkatan produksi susu 1-2 liter per hari, cepat birahi dan setiap tahun dapat melahirkan anak, tidak mudah terserang penyakit, dapat mempertahankan produksi susu saat sapi hamil, serta dapat juga menghemat sperma bagi lembaga koperasi. Kalau biasanya di usia kehamilan sapi 5 bulan produksi sapi menurun sekitar 4 liter dari produksi biasanya menjadi sekitar 13-14 liter, tetapi kalau diberi lemna produksi susunya dapat bertahan 17-18 liter pada bulan ke 5-6 masa kehamilan, bahkan ada sapi yang masih menghasilkan 20 liter pada usia kehamilan 5 bulan.

Selain dimanfaatkan sendiri, ada juga warga Desa Mekar Jaya yang sudah mulai menjual lemnanya seperti Bapak Itang. Lemna yang dijual harus dikeringkan terlebih dahulu selama 4-5 hari, baru kemudian dimasukkan ke dalam karung. Beliau mengaku ada tantangan tersendiri dalam melakukan usaha jual-beli lemna karena untuk menghasilkan 1 kg lemna kering dibutuhkan sekitar 12 kg lemna basah. Namun, usaha Bapak Itang tersebut terbayar dengan harga jual lemna kering yang cukup tinggi, yaitu Rp. 50.000,- per kg. Permintaan akan lemna ini juga sangat besar dan Bapa Itang mengaku belum dapat memenuhi semua permintaan akan lemna ini karena proses pengolahan yang cukup panjang. (Stefanny Trifena)

10 April 2017