Biogas, Siap!

Sertu Syahrul (41) di belakang pipa gas utama reaktor BIRU

Komplek Kostrad Kariango tak luput dari mendung yang menggelayuti langit Maros sore itu. Tetapi suasana di dalam komplek justru meriah dengan teriakan semangat puluhan remaja sekolah yang sedang mengikuti kegiatan outbound yang dikelola oleh Tirta Yudha Outbound Management di bawah Brigade Infanteri Lintas Udara 3/Tri Budi Sakti, Maros, Sulawesi Selatan.

Bukan hanya kegiatan tersebut yang membuat komplek militer tersebut tak sekaku penampilannya dari luar. Carilah Batalyon Infanteri Lintas Udara 432/Waspada Setia Jaya, satu dari tiga satuan batalyon yang ada di sana. Di salah satu sudutnya bisa kita temukan instalasi reaktor BIRU ukuran 12 meter kubik, lengkap dengan bak-bak fermentasi untuk bio-slurry dan papan besar berisi foto-foto kegiatan dan pemanfaatan biogas. Siapa bilang militer tak bisa ramah energi dan lingkungan?

Sersan Satu Syahrul Hangkemona (41) yang sehari-hari bertanggung jawab mengelola biogas, begitu bersemangat menemani Tim BIRU yang datang berkunjung dan menjelaskan dengan rinci apa saja yang mereka sudah, sedang dan akan lakukan terkait dengan biogas. Lengkap dengan seragamnya, Sertu Syahrul juga menceritakan ide awal pembangunan biogas ini yang datang dari Mayor Fasda Wina, istri dari Letkol Inf.Aji Mimbarno, S. AP, mantan Komandan Yonif Linud 432/WSJ. Saat itu Mayor Fasda melihat dua berita di televisi, pertama tentang demo kenaikan harga gas dan kedua tentang pengguna biogas yang tidak pernah lagi kehabisan gas.

“Mereka (pengguna biogas) yang punya dua ekor sapi saja bisa, kenapa kita yang punya belasan sapi tidak? Saya langsung minta ijin suami yang waktu itu sedang tugas di Merauke. Dia mendukung sekali,” kata Mayor Fasda saat dihubungi melalui telepon. Kini ia sedang mendampingi suaminya, yang tak lagi menjabat Komandan Yonif Linud 432, menempuh pendidikan di Bandung.

Bersama Sertu Syahrul dan beberapa anggota lain, Mayor Fasda lalu mencari informasi ke Balai Pengkajian Teknologi Pertanian yang ada di Makassar. Dari sana mereka akhirnya bertemu dengan KSU Bulu Saukang, koperasi yang menjadi mitra pembangun BIRU di Sulawesi Selatan. Segera saja, mereka mengundang Muhammad Ansar, Ketua KSU Bulu Saukang, dan Sitti Faridha Razak, Koordinator Provinsi Program BIRU untuk wilayah Sulawesi Selatan untuk melakukan sosialiasi mengenai program BIRU di markas Kostrad.

Tak butuh waktu lama, tinjauan lokasi segera dilakukan untuk pembangunan reaktor BIRU di komplek militer tersebut dan proses pembangunan rampung pada pada Maret 2014. Pengelolaan biogas dan bio-slurry diserahkan kepada Primkopad Waspada 432 dengan empat orang staf yang bekerja bergantian. Gas yang dihasilkan dari kotoran 16 ekor sapi milik batalyon ini mampu menggantikan 20% penggunaan tabung elpiji untuk kebutuhan masak dapur batalyon dengan 400-an anggota yang setiap harinya mendapatkan asupan makanan dari dapur tersebut.

“Waktu itu Ibu Fasda sempat menghitung, berkurang sekitar 8 tabung besar dari 40 tabung yang digunakan setiap bulannya,” kata Sertu Syahrul yang sudah dua puluh tahun mengabdi di Batalyon 432.

Sedangkan bak-bak fermentasi yang berada di dekat reaktor dibangun setelah Sertu Syahrul dan Letkol Aji kembali dari kunjungan mereka ke KSU Bulu Saukang.  Sertu Syahrul mengaku dirinya banyak belajar tentang teknologi dan pemanfaatan biogas dari Bulu Saukang, termasuk dalam memaksimalkan bio-slurry. Saat ini bio-slurry yang padat dipakai untuk pengolahan cacing sedangkan hasil fermentasi dalam bentuk cair sudah disebarkan ke banyak lokasi.

“Kalau ke kampung-kampung atau jalan sendiri belum tentu juga menemukan kelompok tani, akhirnya saya ijin kepada komandan agar saat kumpul batalyon kita promosikan dulu pupuk ini ke anggota-anggota untuk mereka bawa saat pulang ke kampung pada saat libur,” jelas Sertu Syahrul saat ditanya bagaimana cara memasarkan pupuk cair mereka. Mereka juga dibekali nomor kontak untuk dihubungi jika ada yang ingin mengetahui informasi lebih jauh tentang pupuk tersebut.

Dengan cara ini, pupuk cair mereka sudah menyebar tidak hanya di wilayah Sulawesi tapi juga sampai ke Kalimantan dan Jawa. Respon positif datang dari seorang warga di Kabupaten Jeneponto yang mengatakan sayuran yang ia tanam tumbuh lebih cepat 10 hari. Sebelumnya, sayuran dipanen setelah 45 hari tanam. Setelah menggunakan pupuk cair bio-slurry, pembeli sudah berani menawar sayurannya saat baru berumur 30 hari! Saat ini sang petani sedang mencobanya untuk tanaman bawang merah. Perbedaan sudah tampak dari petak yang disemprot dan petak yang tidak.

Mayor Fasda mengatakan saat ini produk pupuk mereka sedang dalam proses perijinan, bersama dengan produk yang dibuat oleh KSU Bulu Saukang.

Instalasi BIRU yang ada di Batalyon 432 pun mendapatkan apresiasi dari pimpinan Kostrad saat melakukan kunjungan karena ini adalah biogas pertama yang ada di lingkungan Kostrad. Dalam waktu dekat, Brigade Infanteri Lintas Udara 3 berencana membangun reaktor biogas untuk memanfaatkan kotoran dari 110 ekor sapi yang mereka miliki. Harapannya tentu saja bisa dijadikan contoh bagi komplek dan asrama militer lain yang ada di Indonesia. Sudah siap? BIRU siap!

24 November 2014