Dibuang Sayang

Dati,Cibodas Bandung. Kompor masih akan tetap menyala walaupun tidak ada sapi lagi

Inovasi energi alternatif seperti tak mengenal kata selesai. Sumber energi seperti: matahari, angin, biodiesel dan air sebagai pengganti minyak bumi dan gas alam dimanfaatkan secara optimal, limbah buangan pun telah dibuktikan mampu menghasilkan energi.

Dati, warga Cibodas, Bandung, Jawa Barat pun terbilang sukses menekan penggunaan energi gas elpiji yang sehari-hari digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Biogas hasil dari kotoran sapi peliharaan Dati mampu mengasapi dapurnya dan menekan konsumsi gas elpiji.

Menurut Dati, sudah kurang lebih setahun, keluarganya menekan biaya pengeluaran untuk membeli bahan bakar untuk kompornya, sejak menggunakan biogas dari hasil kotoran sapi peliharaannya. Dari dua ekor sapi miliknya, kotorannya dapat mengepulkan asap dapur Dati hingga 2 jam tanpa henti. Apinya pun biru dan tidak menimbulkan kotoran hitam di panci dan alat masaknya yang lain.

“Untuk memasak, saya tidak pakai gas elpiji lagi,” kata Dati. Hasil ini terbilang cukup ekonomis dibanding sebelum Dati menggunakan biogas dari hasil kotoran sapinya.

Dia mengetahui biogas dari KPSBU (Koperasi Susu) yang menawarkan langkah ekonomis untuk menekan pengeluaran rumah tangga yaitu dengan biogas, menampung gas methana dari kotoran sapi kemudian disalurkan melalui pipa ke kompor yang ada di dapur. Dati membangun reaktor BIRU tersebut melalui pinjaman dari KPSBU dan dibayarkan melalui cicilan setoran susu perahan sapinya senilai Rp 50.000.

Biogas termasuk hal yang baru di daerahnya, setelah beberapa waktu memanfaatkan biogas dan ampasnya -sisa dari proses pembentukan gas dari kotoran sapi yang disebut bio-slurry- digunakan sebagai kompos untuk tanaman sayur, seperti lahan di pekarangan rumahnya yang dimanfaatkan untuk menanam sayur brokoli dan menanam berbagai bunga untuk menghiasi rumahnya. “Sekarang sayuran yang dipanen tidaklah mengecewakan”, tutur Dati.

Ternyata, biogas tidak hanya bermanfaat untuk pengguna itu sendiri tapi juga memberikan manfaat positif bagi masyarakat lain yang mengkonsumsi sayuran organik hasil pemakaian “ampas biogas atau bio-slurry”.

Beberapa hari yang lalu sapi yang biasanya dikandangkan di belakang rumahnya dipindahkan ke tempat lain. Tapi hal ini tidak membuat Dati menghentikan pengolahan biogas. Dengan tidak kehilangan akal dia menerima buangan kotoran sapi milik tetangganya agar reaktor tetap beroperasi dan dapur tetap mengepul. Tetangga pun senang bisa membuang limbah sapinya. (Dina Sulistyaningsih)

23 Juli 2012