Renyahnya Bisnis Kerupuk Biogas

Telah lima tahun sejak pertama kali Mugiyati merintis usaha kerupuk miliknya, di Getasan, Semarang, Jawa Tengah. Perempuan usia empat puluh tahun ini mengaku terinspirasi dari Mbah Warung tempatnya bekerja. Berawal dari coba-coba, usahanya kini berkembang seperti sekarang. Ia mulai berjualan di warung-warung kecil di sekitar rumah. “Hasilnya lumayan, bisa menambah pemasukan,” katanya.

Sejak pakai biogas tahun lalu dia mengaku usaha kerupuk rumahannya sangat terbantu. “Dulu saya hanya menjalankan usaha pada masa kemarau. Karena kalau musim hujan butuh waktu lama untuk pengeringannya. Apalagi gasnya harus beli. Saya jadi rugi. Tetapi setelah pakai BIRU, usaha saya jalan terus sepanjang tahun,” kata Mugiyati.

Biaya produksi lebih irit karena menggunakan biogas rumah. “Saya biasanya mengeluarkan 60 ribu rupiah bulan untuk beli gas. Tapi sekarang cukup pakai gas gratis dari biogas,” ungkapnya sambil tertawa.

Perempuan ulet ini juga punya trik untuk mengatur keuangan. Setiap bulan ia “berpura-pura” membeli gas dan menyetor uangnya ke kelompok arisan. Sehingga jika sewaktu-waktu ada kebutuhan mendadak ia masih memiliki simpanan. “Sebagai petani kadang pendapatannya tidak menentu harus menyisihkan uang untuk ditabung,” katanya. Kegiatan ini sudah dimulainya sejak lima bulan yang lalu dan sekarang tabungan Mugiyati di kelompok arisan sudah mencapai Rp 1.200.000.

Memiliki biogas rumah menurut Mugiyati membuka banyak peluang usaha. “Jika memungkinkan, gunakan biogas untuk kegiatan usaha. Jadi untungnya bisa berlipat ganda. Tidak hanya irit bahan bakar, tapi bisa menambah penghasilan,”sarannnya tegas. (Mada Riani)

17 Februari 2012